makassar kulle toji

Bahasa Makassar bisa tonji cez..!!!!!!!!
Untuk semua kawula muda yang ada di makassar, mari kita kedepankan budaya Makassar, kita jangan mau dikalah dengan budaya barat yang membuat kita beda,,untuk itu apa salahnya klo kita berbahasa daerah makassar yang baik dan benar..OK!! anTe kamma??Cocoki toh!!! Mari kedepankan budaya Makassar!!!!!!!
Mengenal watak orang Bugis Makassar
Suku Bugis Makassar dikenal penaik darah, suka mengamuk, membunuh dan
mau mati untuk sesuatu
perkara, meski hanya masalah sepele saja. Apa sebab sehingga demikian?
Ada apa dengan jiwa
karakter suku bangsa ini?

Tidak diketahui apa sebab orang Bugis Makassar terpaksa membunuh atau
melakukan pertumpahan darah,
biarpun hanya perkara kecil. Jika ditanyakan kepada mereka apa sebabnya
terjadi hal demikian,
jarang bahkan tak satupun yang dapat menjawab dengan pasti –sehingga
dapat dimengerti dengan
jelas- apa penyebab ia menumpahkan darah orang lain atau ia mau mati
untuk seseorang.

Ahli sejarah dan budaya menyarankan untuk mengenal jiwa kedua suku
bangsa ini lebih dekat lagi
dengan cara mempelajari dalil-dalil, pepatah-pepatah, sejarah, adat
istiadat dan
kesimpulan-kesimpulan kata mereka yang dilukiskan dengan indah dalam
syair-syair atau
pantun-pantunnya.

Laksana garis cahaya di gelap malam, apabila kita selidiki lebih
mendalam, tampaklah bahwa
kebanyakan terjadinya pembunuhan itu ialah lantaran soal malu dan
dipermalukan. Soal malu dan
dipermalukan banyak diwarnai oleh kejadian-kejadian yang dilatari adat
yang sangat kuat. Sebut
saja satu, silariang (kawin lari) misalnya, atau dalam bahasa Belanda:
Schaking.

Apabila seorang pemuda ditolak pinangannya, maka ia merasa malu. Lalu
ia berdaya upaya agar sang
gadis pujaan hati Erangkale (si gadis datang membawa dirinya kepada
pemuda), atau si pemuda itu
berusaha agar gadis yang dipinangnya dapat dilarikannya (silariang).
Apabila hal ini terjadi, maka
dengan sendirinya pihak orang tua (keluarga) gadis itu juga merasa
mendapat "Malu Besar" (Mate
Siri’). Mengetahui anak gadisnya silariang, segera digencarkan
pencarian untuk satu tujuan:
membunuh pemuda dan gadis itu! Cara ini sama sekali tidak dianggap
sebagai tindakan yang kejam,
bahkan sebaliknya, ini tindakan terhormat atas perbuatan mereka yang
memalukan. Oleh orang Bugis
Makassar menganggap telah menunaikan dan menyempurnakan salah satu
tuntutan tata hidup dari
masyarakatnya yang disebut adat.

Selain itu, kedua suku Bugis Makassar tersohor sebagai kaum pelaut yang
berani sejak dahulukala
hingga sekarang. Sebagai pelaut yang kerap ‘bergaul’ dan akrab dengan
angin dan gelombang lautan,
maka sifat-sifat dinamis dari gelombang yang selalu bergerak tidak mau
tenang itu, mempengaruhi
jiwa dan karakter orang Bugis Makassar. Ini lalu tercermin dalam
pepatah, syair atau pantun yang
berhubungan dengan keadaan laut, yang kemudian memantulkan bayangan
betapa watak atau sifat kedua
suku bangsa itu. Contoh salah satu pantun:

Takunjunga’ bangung turu’
Nakugunciri’ gulingku
Kualleangna talaanga natolia
Artinya: "saya tidak begitu saja mengikuti arah angin, dan tidak begitu
saja memutar kemudi saya.
Saya lebih suka tenggelam dari pada kembali." Maksudnya, kalau langkah
sudah terayun, berpantang
surut –lebih suka tenggelam- daripada kembali dengan tangan hampa.

Jadi kedua suku bangsa ini memiliki hati yang begitu keras. Tapi,
benarkah begitu? Justru
sebaliknya, orang Bugis Makassar memiliki hati yang halus dan lembut.
Dari penjelasan di atas
nampaklah bahwa kedua suku bangsa ini lebih banyak mempergunakan
perasaannya daripada pikirannya.
Ia lebih cepat merasa. Begitu halus perasaannya sampai-sampai hanya
persoalan kecil saja dalam
cara mengeluarkan kata-kata di saat bercakap-cakap, bisa menyebabkan
kesan yang lain pada
perasaannya, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.

Tapi, kalau kita telah mengenal jiwa dan wataknya atau adat
istiadatnya, maka kita tengah
berhadapan dengan suku bangsa yang peramah, sopan santun, bahkan kalau
perlu ia rela mengeluarkan
segala isi hatinya –bahkan jiwanya sekalipun- kepada kita.

Jika ada orang Makassar telah mengucapkan perkataan "Baji’na tau" atau
"Baji’tojengi tau I Baso"
(maksudnya: Alangkah baiknya orang itu atau alangkah baik hati si
Baso), maka itu cukup menjadi
suatu tanda, bahwa apabila ada kesukaran yang akan menimpa si Baso,
maka ia rela turut
merasakannya. Ia rela berkorban untuk kepentingan si Baso.

Apabila ada seseorang yang hendak mencelakai atau menghadang si Baso di
tengah jalan, jika
didengarnya kabar itu, maka ia rela maju lebih awal menghadapi lawan
itu, meski tidak dimintai
bantuannya. Ia mau mati untuk seseorang, dikarenakan orang itu telah
dipandangnya sebagai orang
baik. Olehnya, orang Bugis Makassar dikenal sebagai orang yang setia,
solider dan kuat pendirian.
Meski tak jarang yang memplesetkan kata Makassar sebagai "Manusia
Kasar".

Makassar, Great Expectation to the World!!!!!!
Dituliskan oleh amien

Minggu, 2008 November 16
“Makan Mi’..!”
Membaca judul di atas orang tentu akan berpikir kalau itu bermakna mengajak orang untuk makan mie. Tapi coba ucapkan kalimat itu pada orang Sul-sel ato minimal orang yang tau logat lokal sini, ditanggung maknanya akan beda. Penggunaan partikel MI di belakang kata “makan” bagi orang Sul-Sel bermakna mempersilakan atau secara kasar menyuruh, jadi makna kalimat “makan mi” bagi orang Sul-Sel kurang lebih sama dengan “silakan makan”.
Logat dalam bahasa Indonesia orang Sul-Sel memang unik, penggunaan beberapa partikel di belakang kata-kata utama sangat memberi warna bagi bahasa itu sendiri. Kadang-kadang partikel itu sendiri agak sulit untuk ditentukan definisi khususnya, utamanya tentang penempatan partikel tersebut. Ambil contoh partikel MI di atas, dalam kalimat “makan mi”, partikel MI bermakna mempersilakan, tapi dalam kalimat lain, misalnya ” besar mi”, partikel mi berubah fungsi sebagai penegasan kalau orang/benda yang dimaksud telah besar (dewasa). Dalam kalimat lain, misalnya “jadi satumi” partikel MI kembali berfungsi sebagai penegasan jika benda/orang telah menjadi satu, beda dengan kalimat lain seperti “ambil mi” dimana MI berfungsi kembali untuk mempersilakan orang mengambil barang/benda. Cukup membingungkan, bukan?
Padahal itu baru satu partikel, masih banyak partikel lain yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia versi Sul-Sel, partikel itu adalah: PI,JI,KI,MO. Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
• Partikel PI = “satu pi” (bermakna menegaskan kalau subjeknya masih kurang satu lagi),contoh yang berbeda: “malam pi” yang artinya kurang lebih “nanti malam”, biasanya dipakai untuk kalimat seperti “malam pi ko datang” (kamu datangnya ntar malam aja).
• Partikel JI = khusus pada partikel ini, maknanya kurang lebih sama dengan hanya,contohnya pada kalimat “satuji saya bawa” yang artinya kurang lebih “saya cuman bawa satu” (perhatikan tatanan penempatan kalimat yang agak berantakan..hehehe). Tapi kadang-kadang partikel ini juga bermakna menegaskan, misalnya pada kalimat ” besarji rumahnya ” yang artinya sama dengan ” rumah besar kok..”, wah anda mungkin makin bingung..
Sebagai info, Propinsi Sulawesi Selatan terdiri atas banyak suku yang berbeda dan kemudian digolongkan dalam 3 kelompok suku terbesar (dulunya ada 4 sebelum suku Mandar sekarang mayoritasnya berada dalam wilayah Sulawesi Barat). Suku-suku itu adalah : Bugis,Makassar dan Toraja yang ketiganya memiliki perbedaan mencolok dari segi bahasa daerah. Ketiga suku tersebut kemudian terpisah lagi dalam beberapa sub-suku yang lebih kecil. Suku Bugis misalnya, ada Bugis Bone (yg lingkup bahasa dan wilayahnya paling luas), bugis Sinjai dan beberapa sub suku Bugis lainnya yang kadang-kadang juga punya bahasa yang agak berbeda. Sementara suku Makassar terbagi atas beberapa sub suku yang lebih kecil yang mempunyai logat dan bahasa yang juga berbeda, misalnya daerah Bulukumba dan Selayar yang secara fisik dianggap suku Makassar namun memiliki bahasa daerah yang lumayan berbeda dengan bahasa Makassarnya orang Gowa dan Takalar.
Sebagai info lagi, sebuah kabupaten kecil sebelah utara kota Makassar bernama Enrekang terbagi atas 3 daerah berbahasa berbeda, sebelah selatan bahasanya mirip bahasa Bugis karena memang berbatasan langsung dengan daerah suku Bugis, bagian tengah berbahasa daerah sendiri, sementara bagian utara berbahasa daerah yang mirip bahasa Toraja karena memang berbatasan langsung dengan daerah Toraja. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya orang-orang di Sul-Sel kalau bahasa Indonesia tidak ada.
Bahasa Indonesia yang kemudian dipakai sebagai bahasa pemersatu kemudian ter-influence oleh bahasa daerah itu sendiri. Beberapa istilah bahasa daerah kemudian ikut mewarnai penggunaan bahasa Indonesia, di antaranya ya partikel-partikel itu tadi. Celakanya peleburan bahasa daerah ini ke dalam bahasa Indonesia juga mengacaukan susunan kalimat, merusak tatanan MD, Subjek Objek sehingga terkadang logat Sul-Sel terdengar sangat kacau. Dengarkan kalimat ini: “malam pi baru saya bawa bukumu nah..?”, yang dalam bahasa Indonesia yang benar kira-kira seperti ini ” bukumu aku bawa nanti malam saja ya ?”. kacau kan..?,hehehe..
Penggunaan bahasa Indonesia logat Sul-Sel ini juga terkesan sangat menghemat penggunaan kata,walaupun ya itu tadi,merusak tatanan bahasa yang benar. Sebagai contoh lagi: “kau mo yang bawaki” atau sama dengan kalimat ” nanti biar kamu aja yang bawa”..cukup hemat bukan ?,belum lagi bila diucapkan terkadang ada discount lagi menjadi ” ko mo yang bawaki “..terkesan males banget ya..?,hehehe..
Itu baru segelintir contoh-contoh dari uniknya bahasa Indonesianya orang Sul-Sel, sangat beragam dan kadang-kadang bagi orang luar Sulawesi jadi terdengar lucu. Tapi ya itulah keistimewaan Indonesia yang punya banyak keanekaragaman yang memperkaya khazanah budaya kita. Jadi,bila anda berkunjung ke Makassar jangan salah sangka bila ada orang yang berkata kepada anda “makan mi”,jangan sampai anda mengira ditawari makan mie..hehehe..
Makassar bisa tonji *
*: Makassar juga bisa, diambil dari judul lagu band lokal Art2Tonic, istilah ini cukup populer digunakan untuk membangkitkan fanatisme kedaerahan anak muda Makassar yang belakangan mulai sering sok ngomong pakai logat Jakarte.
Dituliskan oleh amien

Pappilajarang Bahasa Mangkasara Bagian 2'
Pelajaran Pertama tentang Kata Tanya
1. What = APA
2. How = ANTEKAMMA
3. Who = INAI
4. When= SINGAPANNA
5. di/kemana = KEMAE
6. berapa = SIAPA
7. mau kemana = IA KEKO(I) MAE/IA KEMAEKO(I)

Pelajaran Kedua tentang Organ Tubuh
8. mata = MATA
9. telinga = TOLING
10.hidung = KA'MURUNG
11.mulut = BAWA
12.dahi = ABANG
13.kepala = ULU
14.rambut= U'

maafkanka = PAMOPPORANGA

Pelajaran ketiga tentang .....
15. Buku -= bo'bo
16. pensil = potolo
17. pulpen = pulpeng
18. pintu = pake'bu
19. sumur = bungung
20. jendela = tontongang
21. kursi = kadera
22. tangga = tuka
23. rumah = balla''
24. gelas = kaca
25. piring = panne
26.sendok = sinru
27.nasi ( makan ) = kanre
28.air minum = je'ne inung
29.tempat tidur = katinroang
30.guling/bantal = pa'lungang
31.lemari = lamari
Sumber : http://afazuva.multiply.com/journal/item/229/Belajar_Bahasa_Makassar_2
Dituliskan oleh amien

Pappilajarang Bahasa Mangkasara'
sekarang yang sering2mo lagi dipake: Bilangan
Bilangan

1 = Se're
2 = Rua
3 = Tallu
4 = Appa'
5 = Lima
6 = Annang
7 = Tuju
8 = Sagangtuju/Sagantuju(??)
9 = Salapang
10 = Sampulo
11 = Sampulo se're
12 = Sampula rua
...
20 = ruampulo
21 = ruampulo se're
22 = ruampula rua
30 = tallumpulo
40 = patampulo
50 = limampulo
60 = annampulo
70 = tujumpulo
80 = sagantujumpulo
90 = salapampulo
100 = sibilangngang
101 = sibilangngang se're
200 = ruambilangngang
400 = patambilangngang
1.000 = sisa'bu
2.000 = rua sa'bu
4.000 = patang sa'bu
10.000 = sampulo sa'bu
40.000 = patampulo sa'bu
100.000 = sibilangngang sa'bu
200.000 = ruambilangngang sa'bu
400.000 = patambilangngang sa'bu
1.000.000 = se're juta
2.000.000 = rua juta

Selain bilangan ordinal di dalam bahasa Makassar juga dikenal bilangan kardinal (urutan). Penyebutan bilangan kardinal dalam bahasa Makassar selalu di awali dengan imbuhan depan (prefiks) maka.
Bilangan Kardinal

Pertama = makase're
Kedua = makarua
Ketiga = makatallu
...
Selain itu, penyebutan bilangan perulangan juga dikenal di dalam bahasa Makassar. Penyebutan perulangan ditandai dengan prefiks pi dan perubahannya.
Bilangan Perulangan

Satu kali = pingse're = sikali (sering digunakan saat2 ini, ndak yakin bahasa Makassar asli ato tidak...)
Dua kali = pinrua
Tiga kali = pintallu
Empat kali = pingappa'
Lima kali = pinglima = pillima (lebih sering saya dengar)
Enam kali = pingannang
Tujuh kali = pintuju
Delapan kali = pissagantuju
Sembilan kali = pissalapang
Sepuluh kali = pissampulo
Sering juga terdengar penggunaan bilangan di atas untuk menyatakan kesatuan / pemisahan / pembagian kelompok benda, contoh:
Satukan saja semua kertasnya = Pingse're ngasemmintu karattasaka
contoh lain, misalnya ada beberapa biji bawang yang akan dipisahkan ke dalam dua tempat,
Bagi dua (bukan potong dua) bawang itu, agar tidak tidak mengambil banyak tempat = Pinrua mintu lasunayya, solanna tena najai tampaka nialle
Sumber : http://forum.detik.com/showthread.php?t=28976&page=5


Jumat, 2008 November 07
sejarahNa Suku Makassar
Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau S
ulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkassara' berarti Mereka yang Bersifat Terbuka.

Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah,
gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa,
mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang
besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau
Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian
utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh
kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun Internasional (khususnya Portugis).
Kerajaan ini juga menghadapi perang yang dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat
adudomba Belanda terhadap Kerajaan taklukannya.

Berbicara tentang Makassar maka adalah identik pula dengan suku Bugis yang serumpun.
Istilah Bugis dan Makassar adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah
kedua etnis ini. Hingga pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda,
segala potensi dimatikan, mengingat Suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda.
Dim anapun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang
menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa memerangi Belanda disana.
Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui.

Sejarah Makassar masih sangat panjang. Generasi demi generasi yang terampas harga diri dan
kepercayaan dirinya sedang bangkit bertahap demi bertahap sambil berusaha menyambung
kebesaran nama Makassar, "Le'ba Kusoronna Biseangku, Kucampa'na Sombalakku. Tamammelokka
Punna Teai Labuang"
Dituliskan oleh amien

Senin, 2008 November 03
Pancasila Versi Bahasa Makassar
Pancasila Versi Bahasa Makassar
LIMA PASSALA (Bicara Mangkasara)

1(Se're). Annyombaki Rikaraeng Mase're

2(Rua). Accera Sitongka-tongka Rilalang Pangadakkang

3(Tallu). Abbulo Sibatang Ri Pa'rasanganta

4(Appa'). Na Iyya Rakyaka Ammile Wakkele Poro Langatoroki Ri Sikamma Rupa Taua

5(Lima). Adelekki Mange Ri Sikamma Tuma'buttaya


Kira-kira itulah Pancasila kalo diartikan kedalam Bahasa Makassar. Mohon maaf sebelumnya kalo ada yang salah dengan tulisan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan Pancasila cuman agak penasaran saja gimana yah kalo Pancasila diartikan kedalam Bahasa Daerah.

Terbukti menarik perhatian banyak rekan2 karena lewat Mailing List di Yahoo, banyak sekali rekan2 yang memasukkan dalam versi bahasa daerah mereka.

Jadi intinya walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua yaitu Pancasila.
Aditulis oleh amien Selengkapnya...